Hijrah dan Ide-ide Curah (1)

Genap sebelas bulan lamanya postingan di blog ini berhenti tercurah. Setelah sabtu lalu (24/11/18) kepala saya diasah lagi lewat pelatihan jurnalistik, kini saatnya meneruskan postingan di sini. Lagi pula, kepala saya serasa mau pecah. Disesaki ide-ide curah.

Kebetulan, sore ini wilayah Langensari masih diselimuti hujan tipis-tipis. Sehingga niat untuk menaiki Spacy hitam milik istri saya harus tertunda. Untungnya lagi, anak sulung saya aman bersama neneknya di Banjar. Jadilah kesempatan langka ini bisa dimanfaatkan.

Oia, baru saja rekan se-kantor mengeluhkan kuota data miliknya yang sudah habis. Syarif, karyawan magang baru di kantor, sebagaimana halnya saya yang hanya tiga bulan lebih dulu bergabung di KSPPS Al Uswah cabang Langensari.

“Anak sekarang kehabisan data kayak kehabisan iman. Gelisah!” Timpal saya padanya.

Sesaat saya perhatikan jarum jam di dinding kanan atas tempat saya duduk, rupanya hampir pukul setengah lima sore. Saya rasa tulisan ini takkan bisa saya selesaikan di kantor.

Sebelum saya tutup jendela postingan ini, saya ingin sampaikan terlebih dahulu. Pada postingan kali ini, saya akan menceritakan lika-liku hijrah yang saya beserta keluarga jalani. Lainnya, mungkin akan mengalir sebagaimana tulisan yang lalu-lalu.

 

Langensari, 26/11/2018

Bersambung…………………….